12. Mesin-Mesin Pembuat Manusia
Dulu, ketika masih melanjutkan studi di Lancaster Inggris, dan mendalami sebuah
bidang yang bernama the social construction of technology, banyak sahabat dan
profesor yang meragukan kalau bidang ini memiliki masa depan yang meyakinkan.
Entah dari mana datangnya keyakinan saat itu, saya cuek saja dengan keraguan
sahabat-sahabat di atas. Sekian tahun setelah semua itu berlalu, ternyata pilihan
saya tidak keliru. Di tahun-tahun terakhir, saya berhadapan dengan antrean panjang
undangan menjadi nara sumber di bidang teknologi informasi (TI). Bukan karena
saya seorang pakar TI, tetapi karena segi sosial dari teknologi menarik minat banyak
sekali orang.
Ini juga terjadi ketika Microsoft Indonesia meluncurkan produk baru mereka dengan
nama Microsoft XP awal Juni 2001. Di depan ratusan pimpinan puncak perusahaan
serta manusia-manusia TI, saya harus bertutur tentang pergeseran-pergeseran
peran TI dalam komunitas manusia. Sebagaimana pernah saya tulis sebelumnya,
terjadi pergeseran yang amat meyakinkan, dari fungsi TI yang paling tradisional
dalam bentuk supporting function kemudian menuju automating, informating,
reformatting dan kemudian enlightening.
Bagi saya fungsi-fungsi supporting, automating, informating, secara meyakinkan
sedang berlalu dan siap-siap untuk lenyap dari peredaran. Dan tanpa kesadaran
yang meyakinkan, umat manusia sedang diformat ulang (reformatting) oleh TI. Lihat
cara kita bekerja, cara kita hidup, cara anak-anak kita berpacaran, semua dirubah
secara meyakinkan oleh TI.
Saya mengelola sebuah perusahaan dengan dua ribu orang karyawan di Jawa
Tengah dan sebuah perusahaan konsultan di Jakarta, serta melaksanakan tugas
sebagai pembicara publik di banyak kota, plus hobi harus menulis tujuh tulisan dalam
sebulan. Semua itu tidak hanya berjalan relatif tanpa hambatan, tetapi bergerak dari
satu kemajuan menuju kemajuan yang lain.
Di satu kesempatan harus menunaikan tugas sebagai anak yang harus menengok
orang tua di kampung yang tidak dijangkau telepon di Bali Utara sana, toh semua
pekerjaan dan kegiatan di atas bisa berjalan. Tidak ada dunia kiamat kalau kantor
ditinggalkan seminggu lebih. Bahkan kerap tidak ada bawahan yang tahu kalau saya
berada di kampung sana.
Ini baru cara kerja. Cara hidup saya berubah total oleh TI. Menelepon isteri di rumah
– terutama karena hampir setiap minggu terbang meninggalkan Jakarta – hampir
dilakukan setiap hari. Puteri saya kerap mengirim pesan-pesan SMS yang
menyejukkan. Putera saya yang kedua kadang mengirim ‘bunga’ lewat e-mail.
Sebelum pulang melakukan synchronize terhadap personal digital assistant,
kemudian mengerjakan semua sisa e-mail di tengah kemacetan Jakarta. Sehingga
sampai di rumah, kepala sudah kosong dengan pekerjaan, kemudian hanya
memikirkan anak-anak dan anak mertua.
Cara anak-anak kita berpacaran diformat lain lagi oleh teknologi. Dulu, ketika saya
berpacaran dengan seorang wanita yang sekarang sudah menjadi Ibunya anak-anak,
setiap Sabtu malam harus datang bertamu, bercakap-cakap seperlunya denga calon
mertua, dan seterusnya. Sekarang, tidak sedikit anak-anak remaja yang berpacaran
dengan cara chatting. Tidak keluar rumah, hanya duduk di depan komputer, namun
.........27
jangan pikir tidak ada resiko. Kata-kata yang digunakan, tidak sedikit kata-kata kotor
yang tidak pernah digunakan orang tua mereka dulu.
Dalam totalitas, TI sudah menjadi serangkaian mesin yang sedang membuat kita.
Tanpa kesiapan yang memadai, merekalah yang akan menguasai kita. Bukan tidak
mungkin, kalau suatu saat TI akan menjadi pemerintah komunitas manusia. Dan
celakalah kita dibuat oleh teknologi yang kita buat ini.
Oleh karena kekhawatiran inilah, kemudian saya mengajak banyak sahabat-sahabat
TI untuk masuk ke enlightening function of IT. Di mana, TI tidak saja perlu kita
‘nikahi’, tetapi juga digunakan sebagai sumber-sumber yang bisa mencerahkan
hidup dan kehidupan. Sebut saja situs-situs internet yang mengajarkan Yoga,
meditasi, atau pengetahuan-pengetahuan agama. Dan lebih dari sekadar
menghadirkan pengetahuan-pengetahuan yang mencerahkan, kemanjaankemanjaan
yang dihadirkan TI (sebagai contoh Microsoft XP yang baru diluncurkan),
bisa memberi kita banyak waktu untuk beryoga, meditasi, pergi ke Mesjid, Gereja
atau memberi kita lebih banyak waktu untuk melakukan refleksi.
Saya bisa melakukan meditasi setidak-tidaknya dua kali sehari, menemui anak dan
isteri setiap hari dari tempat yang amat jauh sekalipun, dan bisa mengerjakan
pekerjaan apapun tanpa batas ruang dan waktu yang terlalu mengganggu. Dan
semua itu bisa dilakukan, karena ada dukungan-dukungan TI. Maka dari itulah,
sejalan dengan Compaq yang menempatkan TI sebagai inspiration technology, saya
menempatkannya sebagai enlightening technology. Sebagai kendaraan untuk
mencapai tujuan-tujuan hidup yang mencerahkan. Dengan semakin banyak waktu
untuk keluarga, membaca, bermeditasi, beryoga – dan ini sangat dimungkinkan oleh
kehadiran TI, bukankah hidup dan kehidupan kemudian membawa kemungkinan
pencerahan yang lebih tinggi?. Dan yang lebih penting lagi, dengan cara itu, kita bisa
mengurangi kemungkinan dibuat ulang oleh mesin-mesin yang bernama teknologi.