Darah Tinggi Dapat Menyerang Siapa Saja 11/11/2005 10:38 WIB eramuslim - Banyak orang mengira, penyakit darah tinggi hanya menyerang orang kaya yang suka makan enak di restoran mahal. Padahal, orang awam pun mempunyai peluang yang sama untuk dijangkiti penyakit tanpa keluhan tersebut. Sayur hambar tanpa garam, begitulah keluhan para pasien darah tinggi atau hipertensi saat menjalani diet rendah garam. Banyak yang taat menjalani diet tersebut. Tapi, tak sedikit yang berhenti di tengah jalan dan kembali ke budaya lama. Budaya doyan asin memang dipercaya sebagai salah satu penyebab penyakit darah tinggi. Masalah ini tak hanya merepotkan Indonesia. Di Amerika Serikat, satu dari sebelas orang yang datang ke dokter kedapatan menderita hipertensi. Ia telah menjadi penyakit universal yang menyerang tanpa pandang harta, pangkat, maupun jabatan. Tubuh manusia sebenarnya hanya butuh kurang dari 5 g garam dapur per hari. Namun, menu orang kota rata-rata berisi lebih dari 15 g garam. Kelebihan garam pada orang yang tubuhnya peka garam akan memaksa jantung memompa darah lebih deras dari biasanya. Jika tensimeter menunjuk batas 140/90, biasanya dokter langsung memvonis orang menderita hipertensi (bukan asal di atas 120/80, seperti dikira banyak orang). Tekanan darah antara 120/80 sampai 140/90 digolongkan sebagai "normal atas", maksudnya belum perlu berkonsultasi dengan dokter untuk diberi obat. Namun, tetap harus menjaga diri dari makanan yang mengandung garam berlebihan. Tekanan darah sendiri berfluktuasi sesuai irama mesin tubuh. Makanan dan hormon tubuh menentukan naik turunnya tekanan darah dari waktu ke waktu. Sehabis menyantap sate kambing, minum teh poci, saraf simpati tubuh bisa memicu naiknya tekanan darah, meski hanya sesaat. Memang, sangat sedikit sekali orang yang mengalami darah tinggi sadar bahwa dirinya sedang menderita darah tinggi. Tak heran, jika banyak penderita yang mengabaikan penyakitnya. Karena umumnya penderita darah tinggi tidak ada keluhan. Walaupun tensinya sudah mencapai 170/100, dia tetap tidak ada keluhan. Setelah itu, tiba-tiba saja dia stroke atau terkena serangan jantung, dan semua orang baru bingung. Tak heran pula, bila darah tinggi ini akan bisa menjadi "pembunuh" nomor satu pada tahun 2020 nanti jika kita tidak menyadari akan bahayanya. Di banyak negara, persoalan kardiovaskuler telah menjadi persoalan yang sangat serius. Darah tinggi berkait erat dengan problem gaya hidup dan kebiasaan hidup. Hipertensi, kebiasaan merokok, jarang melakukan olahraga, obesitas (kegemukan), dan kolesterol tinggi adalah penyebab penyakit kardiovaskuler. Penyebab darah tinggi lainnya bisa dikarenakan faktor keturunan. Sehingga, suka asin atau tidak, jika seseorang punya bakat hipertensi, niscaya terserang juga. Tak heran, bila sebagian besar penderita hipertensi turunan ini harus rajin minum obat seumur hidup. Hipertensi juga dapat menjadi petanda ketidakberesan organ tubuh (ginjal, anak ginjal, atau kelenjar gondok). Begitu organ yang sakit diobati, darah tingginya sembuh sendiri. Di samping itu, para dokter juga setuju menggolongkan hipertensi sebagai penyakit kultur. Pada komunitas suku Indian dan orang kutub yang tak tersentuh McDonaldization, misalnya, tekanan darah tingginya normal. Tidak ada pasien darah tinggi sekalipun. Tapi, persoalannya jadi lain jika mereka pindah ke kota. Pizza, ayam goreng dan berbagai jenis makanan siap saji bisa membuat tekanan darah mereka meningkat. Yang perlu diketahui adalah, keputusan seseorang menderita penyakit darah tinggi atau tidak, bukan berdasar pada fakta sekali ukur di tensimeter. Sedikitnya, perlu dilakukan tiga kali pengukuran untuk memastikan tekanan darahnya benar-benar akurat. Pasalnya, banyak hal yang bisa membuat tekanan darah meningkat. Di samping itu, adalah tindakan bijaksana untuk tidak segera meminum obat penurun tekanan darah kendati tekanan darah sedang naik. Sebaiknya, tunda minum obat walau dokter sudah memberikan resepnya. Sebab, tekanan darah tinggi palsu atau tidak akurat yang langsung diminumi obat justru malah mengundang bahaya. Orang normal yang diberi obat darah tinggi, bisa langsung lemas kondisi tubuhnya. Dampak meminum obat darah tinggi kelewat dini bisa lebih buruk daripada membiarkannya beberapa hari dulu. Ingat, stroke dan penyakit jantung koroner bukan cuma datang saat tekanan darah tinggi, tapi juga ketika tekanan darah terlalu rendah. Jangan lupa, obat antihipertensi juga menyimpan sejumlah efek sampingan. Salah satunya membuat suami impoten atau istri kehilangan gairah seksual. Makin kuat khasiat obat antihipertensi, makin besar dampak yang dihasilkannya. Perkembangan obat-obat darah tinggi mengalami perkembangan pesat, sehingga dokter kini harus efektif memilih obat. Memilih obat yang tepat dan efektif, sebenarnya tidak sulit karena prinsip dasar pengobatan darah tinggi itu nonfarmakologi. Artinya, sebisa mungkin pasien disembuhkan tanpa menggunakan obat. Upayakan agar bisa menurunkan tekanan darah tanpa obat, ini prinsip pertama dalam kesehatan masyarakat. Artinya, harus dilakukan usahausaha seperti diet yang baik, garam dikurangi, kolesterol dan lemak dikurangi. Kemudian dengan melakukan olahraga itu akan bagus karena olahraga memperbaiki endotel, dinding paling dalam dari pembuluh darah. Olahraga sebagai salah satu langkah nonfarmakologi di dalam penanganan pasien-pasien darah tinggi itu ternyata efeknya positif. Jika tekanan darah masih tinggi baru dipikirkan obat-obat yang telah beredar. Obat-obatan ini banyak pilihannya. Tentu saja pemilihan obatnya harus disesuaikan dengan karakter si penderita. Misalnya, bagaimana jika dia mempunyai kolesterol bagaimana atau diabetes. Di satu sisi, dokter pun harus bisa memilihkan obat yang tepat untuk pasiennya. Kalau seorang dokter memilihkan obat yang mahal dan ternyata tidak terjangkau oleh pasiennya, maka itu tidak ada artinya bagi si pasien, apalagi pengobatan darah tinggi itu seumur hidup. Mesti ada skala pilihan. Tetapi, yang terpenting adalah dokter harus punya tanggung jawab dan kompetensi untuk memberikan yang terbaik pada pasiennya. Tekanan darah melonjak satu-dua hari adalah lumrah buat orang modern. Setelah tidur sejenak, tekanan darah biasanya turun lagi. Tubuh punya mekanisme sendiri untuk mengembalikan tekanan darah yang berfluktuasi melebihi normal. Namun, kalau masih ingin melihat lebih detil lagi, dianjurkan melakukan pemeriksaan laboratorium untuk melihat kadar gula darah, fungsi ginjal, profil lemak, serta tes jantung. (to/snr)