Gula Bukan Penyebab Diabetes ? Oleh: 27/10/2005 09:35 WIB eramuslim - Biasanya, diabetes atau kencing manis selalu dikaitkan oleh gula sebagai biang keladi penyebabnya. Namun, sebuah penelitian menyimpulkan bahwa penyebab diabetes bukan karena terlalu banyak mengkonsumsi gula. Sebenarnya, bila melihat dari jenis gula dan sumbernya, tudingan itu bisa langsung dipatahkan. Sebab, terdapat banyak sekali jenis gula. Dalam bentuk murni, berbagai jenis gula tersebut memiliki nama masing-masing, seperti fruktosa (gula buah), galaktosa, glukosa, laktosa (gula susu), maltosa, ribosa, serta gula alkohol, seperti sorbitol dan xilitol. Di samping itu, bila dilihat dari sumbernya, maka gula bisa dibedakan, yakni madu, sirup jagung dan molase. Molase merupakan sirup kental, lazimnya berwarna cokelat gelap yang dihasilkan selama penyaringan gula. Semua gula pada dasarnya sama. Tidak terdapat satu pun yang memberikan keuntungan gizi signifikan melebihi yang lain, kecuali madu dan molase yang mayoritas gulanya sudah dihilangkan/dikeluarkan. Molase kaya akan zat besi, sedangkan madu sarat flavonoid, zat fitokimia yang berperan sebagai antioksidan. Sukrosa adalah gula utama dalam buah, seperti dalam buah blewah, jeruk, kismis, mangga, melon, nanas, pisang, dan semangka. Bonus kesehatan yang berasal dari makan buah terletak pada kandungan vitamin, mineral, serat, dan flavonoidnya, bukan pada jenis gula yang dikandung oleh buah. Ada perbedaan tingkat kemanisan gula. Fruktosa lebih manis daripada jenis-jenis gula lain (hampir dua kali kemanisan sukrosa) sehingga diperlukan sedikit saja untuk membuat makanan terasa manis. Sebaliknya, tingkat kemanisan xilitol dan sorbitol jauh lebih rendah dibandingkan dengan jenis-jenis gula lain sehingga harus digunakan lebih banyak untuk memunculkan rasa manis. Tubuh membutuhkan gula. Glukosa, yang merupakan gula utama dalam darah dan bahan bakar dasar bagi tubuh, esensial untuk berfungsinya seluruh sel, terutama sel-sel otak. Namun, kita tidak perlu makan gula untuk memasok glukosa. Yang dibutuhkan tubuh adalah karbohidrat kompleks, juga dikenal sebagai zat pati, yang ditemukan pada makanan-makanan yang berasal dari padi, sayuran, dan buah. Pada beberapa keadaan, glukosa dapat diproduksi dari pemecahan protein atau lemak. Ketika mengonsumsi makanan yang mengandung gula, makanan itu dipecah tubuh menjadi bentuk gula yang paling sederhana, kecuali gula dalam makanan tersebut telah berbentuk sangat sederhana. Misalnya, selama pencernaan, sukrosa dipecah menjadi glukosa dan fruktosa, yang memasuki aliran darah melalui dinding-dinding usus halus serta melintasi selsel tubuh dan hati. Dengan bantuan insulin, yakni hormon pengatur kadar glukosa, sel-sel menyerap glukosa dan menggunakannya sebagai energi. Glukosa disimpan di hati dan otot dalam bentuk glikogen. Glikogen di hati sewaktu-waktu dapat diubah kembali menjadi glukosa pada saat energi diperlukan. Sebagian besar fruktosa diubah pula menjadi glukosa oleh hati. Hati pun dapat mengubah gula menjadi asam-asam amino-balok-balok pembangun protein. Kelebihan gula, sebagaimana halnya energi ekstra lainnya, diubah menjadi lemak dan disimpan di dalam tubuh. Diabetes atau kencing manis adalah penyakit yang ditandai oleh kadar gula darah yang tinggi melebihi batas-batas normal. Penyakit ini disebabkan oleh kurangnya kadar insulin dalam darah, atau karena tubuh tidak dapat memakai insulin dengan baik. Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh tubuh dan mempunyai fungsi penting dalam metabolisme glukosa. Sel memerlukan insulin agar gula yang ada di dalam darah dapat masuk ke dalam sel dan dipakai sebagai sumber energi. Bila jumlah insulin kurang, tentu saja gula tidak dapat diserap ke dalam sel dan tetap beredar di dalam darah. Akibatnya kadar gula darah menjadi tinggi. Penderita yang mengalami keadaan ini disebut sebagai penderita DM tipe I. Ada keadaan lain dimana jumlah insulin sebenarnya cukup, atau berkurang sedikit, tapi sel-sel tubuh tidak dapat memanfaatkannya secara baik. Keadaan ini disebut resistensi insulin. Penderita yang mengalami resistensi insulin dan atau defisiensi insulin relatif disebut sebagai penderita DM tipe II. Jadi, penyebabnya bukan karena kelebihan konsumsi gula memang amat berbahaya bagi pengidap diabetes. Mereka harus membatasi konsumsi gulanya. Tetapi, gula tidak menyebabkan diabetes. Janket dan empat koleganya dari Harvard Medical School and Harvard School of Public Health, Boston, Amerika Serikat, meneliti secara prospektif apakah konsumsi total atau jenis gula berhubungan dengan risiko munculnya diabetes tipe-2, yaitu diabetes tipe yang tidak tergantung pada insulin. Studi yang diikuti selama rata-rata enam tahun itu meneliti 39.345 perempuan berumur minimal 45 tahun ke atas yang dipilih secara acak. Hasilnya menunjukkan bahwa konsumsi gula tidak tampak berisiko terhadap perkembangan diabetes tipe-2. Kegemukan mungkin merupakan faktor risiko utama untuk diabetes tipe-2. Dan, sebagaimana sudah dinyatakan di atas, gula bukan penjahat utama di belakang kebanyakan kasus kegemukan. Riwayat keluarga berpenyakit diabetes dan usia yang telah lanjut merupakan faktor-faktor penting lain penyebab diabetes. Tidak ada alasan kuat untuk membatasi konsumsi gula secara ketat, kecuali kalau Anda penderita diabetes atau orang yang sensitif terhadap karbohidrat. Penderita diabetes pun masih diperbolehkan makan makanan yang manis. Namun, menghindari konsumsi gula terlalu banyak tetap lebih baik. Gula secara alami dijumpai pula pada buah-buahan, sayur-sayuran, dan produk susu. Idealnya, gula memberikan kontribusi tidak melebihi 15 persen dari total energi per hari. Kendati begitu, perlu diingat bahwa sebagian besar makanan manis mengandung lemak dan energi yang tinggi, tetapi zat gizinya relatif rendah. Karena itu, ada baiknya melakukan pola makanan seimbang, yakni rendah lemak dan tinggi karbohidrat, tak ada alasan menjauhi gula. Dengan pola makan seimbang, Anda secara otomatis akan membatasi konsumsi gula. (to/kmp)