Hindari Konsumsi Vitamin Saat Puasa Oleh: 20/10/2005 09:09 WIB eramuslim - Puasa memang membuat tubuh lemas karena asupan makanan ke dalam tubuh berkurang. Namun, mengganti asupan yang kurang tersebut dengan mengkomsumsi vitamin bukanlah cara yagn bijak. Karena bisa merusak metabolisme tubuh. Pada hakekatnya, tubuh manusia secara otomatis telah mampu beradaptasi dengan berbagai keadaan. Saat menjalani ibadah puasa misalnya, di mana kondisi fisik terasa lemas karena asupan zat makanan berkurang, secara alami zat makanan yang berkurang itu telah diganti dengan cadangan lemak yang ada dalam tubuh untuk dijadikan energi. Jadi, jika ada yang merasa terlalu lemas, itu hanya sugesti dan besifat mengada-ada. Ditinjau dari segi nutrisi, kebutuhan kalori pada tiap orang-orang pasti berbeda-beda. Pada umumnya, kebutuhan kalori untuk pria 2100 kalori, lebih besar dari kebutuhan kalori wanita yang hanya 1900 kalori. Semua itu bisa diperoleh dari menu makanan yang bervariasi sesuai dengan anjuran empat sehat lima sempurna. Konon menu makanan yang baik itu terdiri atas 50% karbohidrat, 25% lemak, 10 - 15% protein, dan vitamin serta mineral sesuai dengan gizi yang dianjurkan. Lewat komposisi makanan seperti itu, praktis vitamin-vitamin yang dibutuhkan bisa tercukupi. Namun, di saat puasa memang ada kecenderungan nafsu makan agak berkurang, lebih-lebih saat sahur. Soalnya, mata masih terasa berat atau mengantuk saat hendak menikmati santap sahur. Maka, tak heran jika banyak orang lalu menelan vitamin untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan zat itu. Untuk itu perlu diingat, jangan menelan vitamin sembarangan. Sebaiknya, konsultasikan dulu ke dokter. Vitamin itu bukan sebagai makanan pengganti (subtitusi). Yang penting, kita harus makan yang sehat sehingga kebutuhan akan vitamin tercukupi lewat makanan yang bervariasi. Sangat dianjurkan agar berkonsultasi ke dokter apabila masih akan mempergunakan vitamin. Karena orang awam tidak tahu berapa kebutuhan dirinya akan vitamin dan mineral. Sebab, ada vitamin-vitamin yang larut dalam lemak, seperti vitamin A, D, E, serta K, yang jika dikonsumsi berlebihan akan tersimpan dalam tubuh dan ini justru bisa berbahaya bagi metabolisme tubuh. Kalaupun ingin minum vitamin, ada jalan yang agak aman untuk ditempuh: pilih yang mengandung berbagai zat (multivitamin). Kalau membeli vitamin yang komposisinya terdiri atas satu zat saja, dosisnya bisa beberapa kali lipat dari yang dibutuhkan. Makanan alami tentu saja lebih aman. Karbohidrat bisa diperoleh dari nasi, kentang, mi, jagung, dan lainnya yang biasanya dijadikan menu makanan pokok. Sementara sumber protein ditemukan dalam makanan seperti daging, ikan, tempe, tahu, ayam, dan sebagainya. Sedangkan sumber vitamin dan mineral ada pada sayuran, buah-buahan berwarna kuning, hijau tua, atau merah. Pada waktu berbuka puasa dianjurkan untuk makan secara bertahap dan yang disantap sebaiknya yang ringan dahulu. Maksudnya agar lambung bisa menampung makanan yang kapasitasnya meningkat secara perlahan-lahan. Selain itu ada baiknya tidak mengkonsumsi makanan yang memiliki keasaman tinggi seperti cuka. Ini karena pada awalawal puasa peningkatan asam lambung saat mendekati berbuka cukup tinggi. Namun itu semua akan berjalan normal pada hari-hari selanjutnya. Pada dasarnya lambung manusia itu kuat. Walaupun tidak terisi makanan dalam waktu relatif lama, tidak akan terjadi iritasi pada lambung. Namun, penyebab iritasi biasanya akibat kebiasaan makan yang tidak teratur, makan terlalu banyak atau sedikit secara mendadak, mengkonsumsi makanan yang memiliki tingkat keasaman yang tinggi, adanya zat kimia tertentu atau racun pada makanan, faktor alergi makanan, kebiasaan merokok, minum alkohol, infeksi bakteri, atau virus. Makan obat tertentu, stres, atau gangguan hormon pada saat haid dapat juga memicu meningkatnya kadar asam lambung. (to/snr)