Nyeri Tengkuk, Apa dan Mengapa Publikasi: 08/08/2005 10:13 WIB eramuslim - Semua orang pasti memiliki tengkuk, tapi tidak semua orang pernah mengalami nyeri di tengkuk. Jangan dianggap remeh, karena tengkuk merupakan lintasan saraf kepala ke punggung yang bisa berakibat fatal jika diabaikan. Leher bagian belakang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah tengkuk atau kuduk. Dalam bahasa Inggris disebut posterior neck. Leher terdiri atas ruas-ruas tulang belakang yang berakhir didasar tengkorak. Sepanjang ruas-ruas tulang belakang diikat dengan ikatan sendi atau ligamen seperti deretan karet yang kuat membuat tulang belakang menjadi stabil. Di daerah leher juga terdapat otot-otot untuk menyokong beban leher dan untuk gerakan leher. Bagian leher ini sangat sedikit dilindungi dibandingkan bagian tulang belakang yang lain, sehingga sangat mudah terkena gangguan, trauma yang menyebabkan sakit dan membatasi gerakan. Nyeri dan rasa tidak nyaman pada tengkuk, umumnya terjadi pada waktu kerja. Antara lain terjadi pada pekerjaan dengan beban yang berat, pekerjaan manual dengan duduk, pekerjaan yang duduk terus menerus. Dalam suatu sikap yang statis, otot bekerja statis dimana pembuluh-pembuluh darah dapat tertekan, sehingga aliran darah dalam otot menjadi berkurang yang mengakibatkan berkurangnya glukosa dan oksigen dari darah, dan harus menggunakan cadangan yang ada. Selain itu, sisa metabolisme tidak diangkut keluar dan menumpuk di dalam otot yang berakibat otot menjadi lelah dan timbul rasa nyeri. Penelitian pada 251 responden pekerja didapatkan keluhan nyeri tengkuk menduduki peringkat ke 4 (37.5%) setelah bahu kanan 53.8%, bahu kiri 47,4% dan pinggang 45%. Dari hasil pemeriksaan didapat-kan prevalensi nyeri tengkuk sebesar 55.4% (Dina, 2004). Nyeri pada tengkuk biasanya diakibatkan: 1. Trauma Trauma luka atau keseleo disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor yang menyebabkan cedera lecutan (whiplash injury), kecelakaan akibat pekerjaan atau akibat kontak yang keras waktu olahraga atau perkelahian yang kemudian menyebabkan sakit tengkuk. 2. Ketegangan kronis pada otot dan tendon daerah tengkuk Sikap yang tidak baik selama bekerja menyebabkan terjadinya ketegangan kronis pada tengkuk (misalnya menundukan kepala yang berkepanjangan sehari-harinya) dimana ligamen sangat regang, otot menjadi lelah, sendi leher dan saraf tertekan. 3. Penyakit degeneratif dan radang Diskus dan sendi pada leher sering mengalami perubahan degeneratif yang prevalensinya meningkat sesuai umur. Hal ini dapat mengurangi kapasitas kerja. 4. Herniasi diskus dari salah satu ruas tulang belakang dimana diskus keluar dari antara ruas-ruas tulang belakang tersebut. 5. Faktor psikososial Faktor psikososial seperti beban kerja yang banyak, pekerjaan yang monoton dan kontrol yang rendah pada situasi pekerjaan serta tingkat sosial. 6. Kelainan kongenital Seseorang yang lahir dengan bentuk vertebra yang tidak normal atau sambungan yang lepas pada daerah leher mungkin berkaitan dengan terjadinya sakit tengkuk bila ruas-ruas tulang belakang mulai menekan spinal cord. 7. Infeksi Salah satu gejala awal dari penyakit gondok, encephalitis dan poliomy-elitis adalah kekakuan dan rasa sakit pada leher. 8. Kanker Tumor ganas pada leher menyebabkan sakit jika timbul cukup besar untuk menekan saraf tepi dan spinal cord. Penyakit lain yang juga dapat menyebabkan sakit tengkuk adalah rheumatoid arthritis dan fibromyalgia. Tiga pertimbangan utama terjadinya gangguan leher belakang pada waktu kerja: 1. Beban pada struktur leher dalam waktu yang lama, berkaitan dengan tuntutan yang tinggi dari pekerjaan dan kebutuhan stabilisasi daerah leher dan bahu dalam bekerja dengan tangan. 2. Secara psikologis pekerjaan dengan konsentrasi tinggi, tuntutan kualitas dan kuantitas secara umum mempengaruhi aktivitas otot leher. 3. Diskus dan sendi pada leher sering mengalami perubahan degeneratif yang prevalensinya meningkat sesuai umur. Faktor risiko ditempat kerja, biasanya diakibatkan karena sikap tubuh, antara lain: a. Abduksi dan forward flexion (kepala turun maju kedepan) lebih dari 300 dapat mengakibatkan faktor risiko oleh karena adanya penekanan pada otot supraspinatus > 30 mmHg sehingga terjadi gangguan aliran darah. b. Sakit tengkuk/leher ditemui pada pekerja yang dituntut bekerja dengan sikap kerja tersebut dalam waktu lama. Umumnya terjadi pada industri perakitan, bekerja dengan Visual Display Terminal (VDT), mem-bungkuk, mengepak. c. Sikap kerja yang baik yaitu dengan duduk yang tidak berpengaruh buruk terhadap sikap tubuh dan tulang belakang, adalah sikap duduk dengan sedikit lordosa pada pinggang dan sedikit kifosa pada punggung dimana otot otot punggung menjadi terasa enak. Sikap duduk yang baik adalah tidak menghalangi pernafasan, tidak menghambat sistem peredaran darah, serta tidak menghalangi gerak otot atau menghalangi fungsi organ-organ dalam tubuh. Dalam bekerja dengan duduk perlu beberapa pesyaratan, yaitu: 1. Pekerja dapat merasa nyaman selama melaksanakan pekerjaannya. Tidak menimbulkan gangguan psikologis. Dapat melakukan pekerjaannya dengan baik dan memuaskan. 2. Suatu pegangan alat yang bergetar, dapat mempengaruhi kontraksi otot dalam rangka menstabilkan tangan tersebut, dan alat dengan demikian dapat menimbulkan efek lelah pada leher. 3. Gerakan berulang yang dilakukan dengan tangan akan meningkatkan kebutuhan stabilisasi daerah leher dan bahu, dengan demikian akan meningkatkan risiko keluhan leher. 4. Organisasi pekerjaan ini digambarkan sebagai distribusi pembagian tugas pekerjaan, lama kerja, lama istirahat & makan. Jangka waktu antara bekerja dan waktu istirahat mempunyai efek pada kelelahan jaringan dan penyembuhannya. Pekerjaan dengan berbagai macam tugas, menghasilkan ketidakleluasaan postur dan beban statis yang rendah untuk daerah leher dan lengan. 5. Hubungan antara faktor psikososial terhadap pekerjaan dan gangguan pada daerah leher telah ditunjukan oleh beberapa studi. Antara lain mengenai tekanan psikologi yang dirasakan, kontrol yang rendah dari organisasi pekerjaan, hubungan yang buruk dengan manajemen dan teman kerja dan permintaan yang tinggi akan ketelitian dan kecepatan. 6. Karakteristik individu seperti umur, jenis kelamin, kekuatan otot dan daya tahan, kebugaran fisik, ukuran tubuh, kepribadian, kecerdasan, kebiasaan waktu senggang (aktivitas fisik, merokok, alkohol, diet) rentan terhadap sakit otot. Untuk kebanyakan sakit otot, risiko meningkat sesuai usia. Wanita biasanya dilaporkan lebih tinggi tingkat risiko untuk terjadinya nyeri otot di leher dan bahu dibandingkan pria. Terapi atau Pengobatan terdiri dari: a. Istirahat, obat-obatan, immobilisasi, fisioterapi, latihan-latihan dan kombinasi dari metode-metode ini. Saran mengenai ketinggian kursi dan sikap pada saat bekerja. Mengkoreksi sikap mental atau sikap badan. b. Pemberian obat per os (anti inflamasi) untuk jangka panjang biasanya diperlukan antara lain pada penderita tension headache. c. Pengobatan dengan pemanasan terutama panas yang lembab sekali dapat mengendurkan otot yang kram, tetapi harus dilaksanakan dengan cepat. d. Kekuatan dan latihan aerobik dapat mengurangi rasa sakit dan meningkatkan kapasitas kerja pasien. Dianjurkan melakukan senam untuk melemaskan otot dan memelihara fungsi sendi-sendi tulang leher secara optimal dengan cara berdiri tegak dengan posisi kedua kaki sedikit jauh satu sama lain, kedua bahu ditarik kebelakang. Dilakukan gerakan anggukan kepala, tengadahkan kepala, gelengkan kepala kekiri dan kekanan secara cepat semaksimal mungkin dan diulangi berkalil-kali. e. Pembedahan mungkin diperlukan untuk mengurangi tekanan pada spinal cord atau akar saraf pada nyeri yang disebabkan oleh hernia pada diskus atau kanalis spinalis seperti pada cervical spondylosis. Juga untuk menstabilkan leher dan meminimalkan kemungkinan terjadinya kelumpuhan seperti ketika terjai fraktur yang mengakibatkan ketidak-stabilan leher. Pencegahan untuk mendapatkan pasien yang sehat dan secepatnya kembali bekerja adalah kesadaran tentang pentingnya kesehatan dan lingkungan kerja yang baik. Untuk mencegah terjadinya nyeri tengkuk ada beberapa nasehat yang bermanfaat: a. Menghindari bekerja dengan kepala turun atau satu sisi dalam waktu yang lama, peregangan dan posisi yang sering berulang. b. Sikap tubuh yang baik dimana tubuh tegak, dada terangkat, bahu santai, dagu masuk dan pada tingkatan kepala, leher merasa kuat, longgar dan santai. c. Tidur dengan bantal atau bantal urethane. d. Memelihara sendi dan otot yang fleksibel dan kuat dengan latihan yang benar pada leher. (to/snr)