Olahraga Teratur Kurangi Risiko Alzheimer Oleh: 25/10/2005 09:07 WIB eramuslim - Bila anda rajin dan teratur berolahraga sejak muda, maka berarti anda boleh sedikit bernafas lega karena berhasil mengurangi risiko terkena alzhemier atau kepikunan yang biasa menyerang kaum manula. Karena itu, para ahli kesehatan menyerukan untuk mewaspadai gejala penyakit ini sejak awal. Sebab, akhir-akhir ini ditemukan jumlah peningkatan alzheimer pada kelompok usia lebih muda, sekitar usia 40 sampai 50 tahun. Jika alzheimer sudah merambah usia muda. Beberapa faktor ditengarai menyebabkan terjadinya hal ini, seperti stroke. Saat ini, stroke sudah banyak menyerang usia muda. Sebab itu, alzheimer pun bisa dialami orang muda. Faktor genetik merupakan penyebab lain alzheimer di samping masalah infeksi dan trauma. Meski masyarakat sudah banyak mendengar istilah alzheimer, penyebab pastinya masih belum banyak yang tahu. Alzheimer merupakan penyakit degeneratif otak progresif yang disebabkan timbulnya neurotangles. Yaitu, suatu bentuk plak-plak yang tinggal di saraf otak. Neurotangles ini menyebabkan sel-sel otak cepat rusak dan mati. Sehingga, muncul gangguan pada fungsi memori dan timbul kepikunan (demensia). Alzhemier merupakan penyakit yang progresif (berkembang cepat dan memburuk), jika tidak segera dikurangi derajat progresifitasnya, bisa merusak semakin banyak sel otak. Akibatnya, cepat melewati tahapan penyakit yang semakin buruk. Penyakit ini umumnya diawali dengan hilangnya short memory (memori jangka pendek). Pasien mulai sulit mengingat kejadian yang baru saja terjadi hingga beberapa hari sebelumnya. Tapi, ia masih mampu mengingat masa lalunya, sehingga masih bisa diajak bernostalgia. Tahap kedua, si penderita bisa kehilangan intermediate memory, suatu kondisi hilangnya daya ingatan sampai berminggu-minggu. Yang berbahaya ketika sudah terjadi long memory. Pasalnya, penderita sudah tidak dapat mengingat masa lalu maupun masa kini. Gejala awal sebenarnya dapat dikenali, yaitu adanya mild cognitive impearment (gangguan kognitif ringan). Penderita yang mendapat gejala seperti ini umumnya, mengalami kesulitan dalam mempertimbangkan sesuatu. Dan, bagi yang mengalami gejala ini, hampir 30 persen akan mengidap alzheimer. Untuk itu, penyakit ini harus dicegah sejak dini. Tidak ada pengobatan khusus untuk penderita alzheimer. Ketika seseorang sudah masuk tahap kepikunan, harus segera dicegah dengan obat-obat pembangkit memori. Seperti, obat donepenzil dan rivasticmin. Obat-obat ini setidaknya mampu mengurangi kecepatan menuju alzheimer. Namun, apabila sudah masuk dalam tahap alzheimer, maka salah satu tindakan yang bisa diambil adalah psikoterapi. Psikoterapi inipun sifatnya hanya membuat nyaman pasien tetapi tidak bersifat menyembuhkan. Salah satu bentuk psikoterapi adalah terapi kerja. Caranya, dengan membuat jadwal kerja pada pasien, supaya merangsang daya ingatnya dan memicu aktivitas otak. Selain itu, bisa diberi terapi dengan menunjukkan foto-foto tertentu yang dapat membantunya mengingat masa lalu. Susahnya, banyak penderita alzheimer tidak menyadari kalau dirinya mengidap penyakit gangguan otak ini. Beberapa diantaranya, bahkan sering menolak dan mengingkari bahwa dirinya mengidap alzheimer. Biasanya, seseorang dengan penyakit Alzheimer menunjukkan perubahan kepribadian yang drastis. Misalnya, menjadi pencuriga, penakut atau mudah bimbang dan kebingungan. Sehingga sering menimbulkan persoalan dengan orang di sekitarnya. Menurut hasil penelitian di Swedia yang dimuat di jurnal 'Lancet Neurology' edisi September 2005, menyimpulkan bahwa olahraga teratur bisa mengurangi risiko terkena penyakit kepikunan tersebut. Hal itu didasarkan pada penelitian terhadap sekelompok sukarelawan berusia lanjut. Dari hasil penelitian itu diketahui bahwa mereka yang aktif secara fisik ketika masih muda, lebih kecil kemungkinannya terkena penyakit tersebut. Telah lama diketahui bahwa olahraga mental, seperti mengisi teka-teki silang, bisa membantu mengurangi kemungkinan mengidap penyakit Alzheimer. Logikanya adalah, pikiran atau otak yang sering digunakan, lebih kecil kemungkinannya terkena Alzheimer. Namun, beberapa peneliti mengatakan mereka belum bisa memastikan pendekatan apa yang bisa mencegah penyakit tersebut. Latihan fisik belum dianggap sebagai cara ampuh untuk menjaga kesehatan otak. Namun ada banyak bukti yang bisa mendukung hal itu. Mungkin saja sebabnya adalah latihan fisik bisa membantu melancarkan peredaran darah ke otak. Mekanisme persisnya belum jelas, dan diharapkan percobaan terhadap tikus yang secara genetik mempunyai tanda-tanda mengidap Alzheimer bisa membantu memecahkan persoalan ini. Namun penelitian baru menunjukkan olahraga teratur mengurangi secara drastis kemungkinan terkena pikun. Selain dengan olahraga, ada cara lain untuk mengurangi imbas terkena risiko alzheimer, yakni dengan diet asam folat. Daya ampuh Folat terbukti melalui penelitian yang dilakukan di Amerika baru-baru ini. Studi terdahulu menyebutkan efek perlindungan dari vitamin sebagai antioksidan. Dokter Maris M. Corrada dari University of California Irvine menyebutkan, bahwa tidak ada studi evaluasi yang mencari hubungan antara vitamin B dengan penyakit Alzheimer. Oleh karena itu, kemudian ia mencoba menganalisa sebuah data dari Baltimore Longitudinal Study of Aging, yang dikaitkan dengan risiko penyakit Alzheimer. Data tersebut diambil dari 579 subjek yang telah dicatat menu lengkapnya selama satu minggu. Kemudian, diikuti selama kurang lebih 9,3 tahun. Kelompok tersebut terbagi dalam dua kelompok. Yaitu, kelompok dengan intake vitamin E, C, B6, B12, folat dan karotenoid seperti yang disarankan RDA. Dan, kelompok satunya adalah yang konsumsi bahan tersebut berada di bawah rekomendasi RDA. Setelah dianalisa, ternyata konsumsi bahan-bahan tersebut berkaitan erat dengan penurunan risiko penyakit Alzheimer. Namun, dari hasil perhitungan data, hanya folat yang secara signifikan berhubungan erat dengan penurunan risiko ini. Hasil serupa ditunjukkan pada kadar total kolesterol, tekanan darah sistole, kebiasaan merokok, serta tingkat BMI (Body Mass Index). Dokter Corrada beserta timnya, memperkirakan, efek folat dapat menurunkan kadar homosistein. Diketahui, kadar homosistein tinggi dapat meningkatkan risiko Alzheimer melalui jalur penyakit vaskular, toksisitas terhadap amyloid, serta sel saraf. "Namun, uji coba klinis perlu dilakukan untuk meminimalkan efek lain yang tidak diketahui dari pemberian diet tinggi folat ini," saran Corrada. (to/berbagai sumber)