Olahraga untuk Penderita Diabetes Publikasi: 22/07/2005 09:33 WIB eramuslim - Penderita diabetes melitus (diabetesi) tentu sadar, bahwa diet makanan bukanlah satu-satunya cara untuk menjaga kualitas hidup. Mereka masih memerlukan kebugaran, cara tepat membantu mengendalikan kadar gula. Sebagai diabetesi, kesadaran untuk rajin berolahraga harus dijaga. Namun, masalah yang sering timbul adalah jenis olahraga atau latihan fisik apa yang terbaik dan teraman bagi mereka? Pada prinsipnya, latihan jasmani atau olahraga bagi diabetesi tidak berbeda dengan orang sehat. Latihan jasmani bermanfaat untuk membakar kalori tubuh, sehingga glukosa darah bisa terpakai untuk energi. Dengan demikian, secara otomatis kadar gula darah pun menurun. Olahraga yang tepat dan teratur menjadi peluang alami bagi diabetesi untuk menekan risiko komplikasi dan menjalani kehidupan yang lebih baik. Berbagai pengalaman menunjukkan bahwa diabetesi yang tidak tergantung pada insulin dapat menjaga keseimbangan kadar gula darah hanya dengan latihan. Tentu saja olahraga harus dilakukan secara rutin dengan proporsi yang tepat. Bahkan, di saat menghadiri pesta mereka bisa menikmati hidangan seperti layaknya orang sehat. Latihan jasmani yang teratur membuat sensitivitas sel terhadap insulin menjadi lebih baik. Artinya, insulin yang ada dapat digunakan secara lebih efektif. Itu sebabnya olahraga menjadi penting dalam upaya menjaga kadar glukosa darah. Meski demeikian, harus dijaga pula supaya proporsi dan jenis latihan selalu diperhatikan untuk mencegah risiko terjadinya hipoglikemia (kadar gula menurun drastis). Petunjuk Praktis Pengelolaan Diabetes Melitus yang diterbitkan Perkeni (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia) menganjurkan, sebaiknya latihan bagi diabetesi memiliki nilai aerobik tinggi. Olahraga tersebut antara lain jalan cepat, lari (joging), senam aerobik, renang, bersepeda, tenis, tenis meja, dan golf. Proporsi latihan yang efektif dan aman bagi diabetesi menganut prinsip Continuous, Rhythmic, Interval, Progressive, Endurance (CRIPE). Continuous artinya latihan harus berkesinambungan dan dilakukan terus-menerus atau tanpa henti. Bila memilih joging 30 menit, para diabetesi harus melakukannya selama 30 menit tanpa istirahat. Rhythmic artinya latihan yang berirama, sehingga otot-otot akan berkontraksi dan berileksasi secara teratur. Jalan kaki, joging, berlari, berenang, dan bersepeda memiliki irama yang baik. Sebaliknya, olahraga golf, tenis, atau bulutangkis tidak memenuhi syarat ini karena banyak berhenti. Namun, jenis olahraga tersebut tetap bermanfaat untuk dilakukan sebagai selingan. Interval artinya latihan dilakukan selang-seling antara gerakan cepat dan lambat. Contohnya, jalan cepat diselingi jalan lambat, joging diselingi jalan, dan lainnya. Progressive artinya latihan dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan, dari intensitas ringan, sedang, hingga mencapai 30-60 menit. Endurance adalah latihan daya tahan untuk meningkatkan kemampuan jantung dan pernapasan. Jalan santai maupun cepat, joging, berenang, dan bersepeda merupakan contoh yang baik untuk melatih daya tahan. Latihan tersebut minimal dilakukan 3 hari seminggu. Dua hari lainnya dapat digunakan untuk olahraga hobi seperti, golf, tenis, dan lainnya. Selain olahraga tadi, latihan yoga juga cukup efektif untuk membantu menjaga kualitas fisik diabetesi. Master yoga, Budi Dharma Surya, menjelaskan bahwa gerakan seperti Pranamaskara, Hasta Uttanasana, Ashwa Sanchalasana dapat merangsang kerja kelenjar pankreas. Seperti melakukan latihan jasmani lainnya, yoga juga memerlukan kesabaran dan keteraturan untuk mendapatkan manfaat maksimal. Yoga merupakan pilihan aman dan cukup efektif bagi diabetesi untuk mengatur kadar gula darah dan merangsang sel penghasil insulin di kelenjar pankreas. Pasien diabetes biasanya rutin mengonsumsi obat-obatan untuk mengurangi gejala, mencapai berat badan ideal, dan mencegah komplikasi. Obat digunakan bila pengaturan makan (diet) dan olahraga belum bisa mengontrol kadar glukosa darah. Untuk mengukur keberhasilan terapi (termasuk latihan jasmani), dapat dilakukan pemantauan secara klinis dan laboratorium. Pemantauan klinis, dapat dilihat melalui berkurangnya gejala diabetes, seperti rasa haus, banyak kencing, dan perubahan berat badan. Pemantauan laboratorium dapat dilakukan dengan pemeriksaan gula darah puasa, dua jam setelah makan, atau pemeriksaan HbA1c. Diabetes dikatakan terkendali baik jika gula darah puasa 80-109 mg/dl, dua jam setelah makan 110-159 mg/dl atau HbA1c 4-5,9 persen. Kadar lemak dikatakan terkontrol baik jika kolesterol total di bawah 200 mg/dl, LDL di bawah 130, HDL di atas 45, serta trigliserida di bawah 200 mg/dl. Lebih lanjut, terkontrolnya berat badan dan kadar gula darah merupakan ukuran nyata keberhasilan latihan jasmani. Selain menentukan jenis dan proporsi latihan, diabetesi juga perlu memperhatikan beberapa hal untuk menekan risiko hipoglikemia dan gangguan lainnya selama menjalankan latihan. (to/snr)