Stres, Turunkan Kekebalan Tubuh Publikasi: 19/08/2005 11:56 WIB eramuslim - Orang sering bilang, jangan stres nanti bisa sakit. Stres juga sering dikaitkan dengan makin buruknya kondisi kesehatan seseorang. Lalu, apa kaitannya antara stres dan penyakit? Memang, banyak fakta di lapangan yang telah membuktikan mengenai kuatnya stres dan kesehatan seseorang. Fakta-fakta yang mengungkap bahwa orang sakit bahkan sampai meninggal dunia diduga kuat berasal dari stres. Berbagai riset telah menunjukkan kaitan antara keduanya, tapi kaitan itu tidak selalu mudah. Karena stres mempengruhi kesehatan fisik melalui beberapa cara, seperti yang dikemukakan oleh Camile Wortman dan kawankawan. Pertama, stres berpengruh lansung terhadap keseahtan fisik. Dalam hal ini stres meenyebabkan perubahan fisik dan psikis yang memberi kontribusi pada berkembangya suatu penyakit. Misalnya, karena stres maka daya imum atau kekebalan tubuh seseorang menjadi berkurang dan melemah, sehingga membuatnya rentan terserang flu,masuk dan lain-lain. Namun, tidak dengan serta merta dapat dikatakan bahwa orang stres pasti akan sakit karena ada banyak faktor lain yang ikut mempengaruhi. Kedua, faktor kepribadian dapat mempengaruhi apakah seseorang akan mudah sakit atau tidak. Orang yang pesimistis akan lebih mudah stres dan mengalami sakit ketimbang orang yang optimis. Ketiga, faktor perilaku juga dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami sakit karena stres. Misalnya, karena stres orang itu jadi sulit tidur, merokok lebih banyak, minumminuman yang mengandung alkohol, makan dan minum secara ngawur dan lain-lain faktor yang memudahkannya terkena suatu penyakit. Keempat, stres juga bisa memicu timbulnya 'perilaku sakit' seperti insomnia, fatik, gelisah dan depresi. Kelima, semua faktor tersebut mungkin saja saling berkaitan dan akhirnya menyebabkan seseorang jatuh sakit setelah mengalami stres. Mungkin itu sebabnya kadang kita menemui kasus-kasus sindrom kematian mendadak (sudden death syndrome) yang sangat dramatis, sehingga stres tergambar sebagai sesuatu yang menakutkan. Para pakar telah melakukan banyak penelitian untuk mengetahui bagaiamana kaitan antara stres dan sistem kekebalan tubuh (immune system) sehingga memunculkan bidang baru yang disebut 'psychoneuroimmunoly'. Dalam kaitan ini para ilmuwan ini ingin melihat bagaimana faktor-faktor psikologis itu dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan meningkatnya risiko berkaitan dengan sejumlah penyakit, seperti aids,kanker, artritis dan alergi. Sistem kekebalan tubuh itu ibarat pasukan yang menjaga tubuh dari unsur luar yang disebut antigen. Tugas sistem imim ini adalah mendeteksi dan mengindetefikasi antigen.Selain itu, juga menetralisasi dan menyingkirkan antigen dari tubuh. Sel-sel yang mengerjakan tugas ini didalam 'lymphocytes' atau limpa. Ketika bakteri menyerang, maka B-lymphocyte akan melindungi dan menetralisir racunnya. Ketika virus, sel kanker, jamur, parasit muncul di dalam tubuh, maka T-lymphocyte akan menyerang para penyerbu itu secara langsung. Seberapa baik sistem kekebalan tubuh itu bekerja disebut 'immunocompetence' yang dapat diukur dari aktif tidaknya lymphocyte dan kemampuan antibodi menghadapi racun-racun dalam pemeriksaan di laboratorium. Banyak bukti telah ditemukan mengenai kuatnya kaitan antara stres dan menurunnya fungsi kekebalan tubuh. Stres ternyata dapat menurunkan kemampuan sistem imum, sehingga tidak dapat berfungsi secara baik. Maka, tidak berlebihan jika banyak par ahli menyarankan kita untuk melakukan banyak rileksasi, belajar menyesuaikan diri dengan keadaan, menerima kenyataan hidup, dan berbagai cara agar tidak terlalu stres menjalani hidup. (to/snr)