Alkohol Menurunkan Produksi ASI Publikasi: 23/05/2005 10:04 WIB eramuslim, ASI atau Air Susu Ibu, memberikan banyak manfaat baik bagi ibu maupun si kecil. Oleh karena itu, kebutuhan gizi untuk ibu menyusui harus diperhatikan, agar ASI yang keluar tetap lancar dan sehat. Ibu menyusui yang mengkonsumsi alkohol dapat menyebabkan produksi ASI berkurang. Ini berdasarkan penelitian yang dilakukan di Pennsylvania, Amerika Serikat, untuk melihat efek dari konsumsi 2 gelas anggur pada 17 orang wanita. Hasilnya, ibu yang mengkonsumsi alkohol, ASI-nya sedikit yang dikeluarkan. Ibu-ibu ini mempunyai bayi yang berusia antara 2 hingga 4 bulan. Ibu-ibu ini diberikan jus jeruk yang mengandung alkohol pada satu hari dan hari berikutnya hanya diberikan jus jeruk biasa. Setelah mengkonsumsi minuman yang mengandung alkohol, kadar hormon Oksitosin menurun rata-rata hingga mencapai 78%, sedang hormon Prolaktin meningkat hingga 336%. Ini membuat ibu-ibu memerlukan waktu yang lebih lama untuk mengeluarkan ASI yang pertama dan secara keseluruhan ASI yang diproduksi lebih sedikit dari biasanya. Hal ini menunjukkan bahwa alkohol akan menganggu pelepasan dua jenis hormon yang berperan dalam produksi ASI, yaitu Oksitosin dan Prolaktin. Penelitian ini penting untuk ibu-ibu karena ada mitos di masyarakat yang mengatakan bahwa mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan produksi ASI. Dan bila ibu-ibu ingin meningkatkan kualitas maupun kuantitas ASi, alkohol bukanlah cara yang tepat untuk itu dan penelitian membuktikan hal sebaliknya dapat terjadi. Bagaimana pengaruh alkohol terhadap kesehatan bayi itu sendiri? Hingga saat ini, belum ada bukti bahwa konsumsi sedikit alkohol dari ibu menyusui dapat membahayakan kesehatan bayinya. Di Inggris kasusnya berbeda lagi. Menurut jajak pendapat, kaum ibu di sana justru masih belum sadar akan manfaat pemberian Air Susu Ibu (ASI) baik bagi bayi maupun si ibu sendiri. Lebih dari 91 persen orang Inggris tidak mengetahui bahwa pemberian ASI secara penuh selama satu bulan memiliki dampak bagi pertumbuhan seorang anak sejak umur bayi hingga ia mencapai usia 14 tahun dan separuh dari jumlah tersebut diatas tidak mengetahui hal itu juga memperkecil risiko kemungkinan ibu menderita osteoporosis (perapuhan tulang) dan kanker indung telur. "Kami sangat prihatin karena banyak orang yang tidak mengetahui akan manfaat pemberian ASI yang sesungguhnya. Seandainya saja lebih banyak lagi jumlah ibu yang mengetahui akan hal ini bahwa sangat besar kegunaan dan faedah ASI maka mereka bersedia memberikan ASI walaupun belum menyadari atau mengetahui sepenuhnya berapa lama waktu bagi mereka dapat memberikan ASI pada bayi mereka," kata Belinda Phipps dari Yayasan Kelahiran Bayi Nasional (NCT). Menurut keterangan NCT dan sejumlah penelitian terbukti pemberian ASI hanya untuk 24 jam saja sudah memberikan stabilitasi bagi gula darah, melindungi usus dan merangsang tubuh si bayi untuk menghasilkan antibodi terhadap berbagai macam penyakit. "Karena berbagai manfaat tersebut muncul semenjak saat pertama kali ASI diberikan dan semakin lama waktu pemberian ASI akan merupakan hal yang pantas menjadi alasan bagi kaum ibu untuk merasa bangga." katra Belinda Phips. "Hal ini patut untuk menjadi bahan renungan bagi 9 dari 10 ibu yang memutuskan menghentikan pemberian ASI sebelum mencoba untuk memberikannya, dan umumnya disebabkan oleh kurangnya pengetahuan ataupun informasi dari lingkungan mereka," kata Phipps menambahkan. Di Inggris negara dimana presentasi pemberian ASI yang paling rendah di seluruh Eropa lebih dari separuh dari jumnlah 1.500 orang yang merespon terhadap jajak pendapat yang disebar NCT mengetahui bahwa para dokter mengingatkan para ibu untuk memberikan ASI kepada bayi mereka paling sedikit selama enam bulan pertama dalam kehidupan bayi mereka. Namun dua pertiga dari jumlah tersebut tidak mengetahui bahwa pemberian ASI pada bulanbulan pertama, walaupun tidak secara eklusif akan memberikan perlindungan terhadap berbagai penyakit infeksi. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa bayi yang diberi ASI selama enam bulan pertama dalam kehidupan mereka, tumbuh lebi baik tanpa mengalami kegemukan, infeksi dan alergi. Para peneliti Inggris juga menemukan pemberian ASI juga memberikan keuntungan bagi tekanan darah dan tingkat cholesterol bagi bayi dikemudian hari yang mengurangi risiko terkena serangan jantung atau stroke bagi bayi saat ia telah mencapai usia dewasa, bahkan lanjut usia. (to/IS)