Atasi Kanker dengan Jahe dan Teh Hijau Publikasi: 11/05/2005 09:15 WIB eramuslim - Meski pertumbuhannya diduga berasal dari sel-sel tubuh yang rusak, namun kanker hingga kini belum ada yang tahu pasti apa penyebabnya. Tak heran, bila kanker sangat ditakuti banyak orang. Para pakar terus melakukan penelitian-penilitian dan terapi, terhadap penyakit kanker yang terus berkembang dan bervariasi itu. Dari terapi sederhana yang menimbulkan gangguan, hingga yang terbaru dengan imunoterapi yang bisa meminimalkan keluhan penderita selama menjalani terapi. Di samping itu, salah satu penemuan terbaru yang patut dicatat yaitu manfaat sari jahe dan teh hijau untuk mengatasi kanker. Demikian yang disampaikan para ahli dalam sebuah pertemuan bagi kalangan Riset Kanker di Amerika Oktober 2003. Ann Bode dan Zigang Dong dari University of Minnesota meneliti, manfaat ekstrak jahe yang dikenal dengan nama gingerol. Zat ini yang membuat jahe terasa pedas. Mereka memberikan zat itu pada mencit yang telah diinfeksi dengan sel kanker kolon( usus besar) manusia. Mencit yang digunakan pun mencit yang dibudidayakan secara khusus, sehingga lebih mudah terkena kanker. Lima belas hari kemudian, Bode dan Dong mulai mengamati hasilnya. Pada mencit yang menjalani pola makan normal ada 13 ekor mencit yang terkena tumor. Sedangkan, pada kelompok mencit yang mendapat suntikan ekstrak jahe, baik yang sebelum maupun yang sesudah diinfeksi sel tumor, hanya ditemukan empat ekor mencit yang dihinggapi tumor. Sayangnya, belum ada informasi apakah mengonsumsi jahe dalam bentuk sederhana dapat memberikan manfaat untuk mencegah kanker. Soalnya, bukankah selama ini masyarakat kita sudah sedemikian akrab mengenal jahe, mulai wedang ronde, sekoteng, permen jahe, atau lainnya? Ada lagi penelitian lain yang dikerjakan sebuah tim di Pusat Kanker Arizona, Tucson. Penelitian dilakukan terhadap 118 perokok berat. Para perokok dibagi menjadi dua kelompok, masingmasing diminta meminum sedikitnya empat cangkir teh hijau atau teh hitam dalam sehari. Setelah empat bulan, pada tubuh mereka dilakukan pengukuran bahan kimia yang disebut 8- OhdG. Zat ini dilepaskan tubuh sebagai respons atas kerusakan DNA, yang sering terjadi pada kasus kanker. Hasilnya? Pada mereka yang meminum teh hijau decaffein terjadi penurunan sebanyak 31% jumlah 8-OHdG. Sedangkan pada yang meminum teh hitam tanda-tanda itu tidak dapat ditemukan. Namun, hasil penelitian dinilai belum mencukupi. Menurut Bode, dirinya akan terus mempelajari manfaat rempah itu untuk mengatasi berbagai macam tumor. Bahkan sampai akhirnya dapat menyingkap rahasia tentang zat antikanker utama bagi manusia. Dan yang tidak kalah penting, menurut para ahli dalam pertemuan itu, mencari jalan yang lebih mudah untuk menurunkan risiko terkena kanker. Seperti kata Dr. Raymond DuBois dari Vanderbilt University di Nashville, yang memimpin pertemuan itu, selain terus melakukan penelitian untuk pengobatan dan pencegahan, perlu juga dilakukan kampanye untuk menyosialisasikan upaya pencegahan kanker dengan cara yang mudah. Ia berharap, kampanye dapat membuat seluruh warga masyarakat dunia, lebih proaktif dalam menjaga kesehatan mereka. Di antaranya, dengan rajin berkonsultasi pada dokter dan menjalankan patokan-patokan standar seperti berhenti merokok, menjaga keseimbangan gizi, dan latihan jasmani. Kebiasaan merokok, yang selama ini dilakukan jutaan orang dari berbagai belahan dunia, memang menjadi faktor pertama (yang dapat dicegah dan dihentikan) penyebab kanker. Sedangkan faktor kurang gizi banyak menjadi masalah di negara berkembang. (to/ints)