Jangan Anggap Remeh Sembelit Publikasi: 01/04/2005 09:14 WIB eramuslim - Dalam suatu penelitian, ternyata sembelit, atau sulit buang air besar, punya andil besar dalam menyebabkan kanker usus. Padahal, jenis kanker ini, merupakan salah satu yang penyebaran sel-sel kankernya relatif cepat di dalam tubuh. Sayangnya, orang-orang sering menganggap remeh hal ini. Sehingga, baru pergi ke dokter, ketika kondisinya sudah begitu parah dan sulit ditangani lagi. Menurut US National Library, kanker usus merupakan penyebab kematian kedua terbesar akibat kanker di USA setelah kanker paru-paru. Setiap tahun terdapat 130.000 kasus baru dengan tingkat kematian lebih dari 50.000 orang, dan 97% di antara penderita kanker usus berumur di atas 40 tahun. Bagaimana di Indonesia, laporan kanker usus juga banyak. Rumah sakit kanker Dharmais terdapat 6,5 persen pasien yang diperiksa saluran cerna bagian bawahnya (koloskopi). RUSD Banjarmasin mencatat 32% pasien dengan pendarahan anus. Sedang RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta mendapati rata-rata 50 pasien baru setiap tahunnya yang menderita kanker usus. Berkaitan dengan kanker usus, terdapat pro dan kontra tentang hubungan antara kesulitan buang air besar dengan kanker usus. Sebagian yang pro melihat serat dapat mempercepat waktu transit makan dari masuknya makanan hingga keluar sebagai feses (tinja), sedangkan yang kontra meragukan manfaatnya. Percepatan waktu transit makanan memiliki dua manfaat. Pertama, terhindar dari penyerapan kembali air dan juga penyerapan zat-zat berbahaya yang bersifat karsinogenik (penyebab kanker) dari feses oleh usus. Akibatnya feses tidak menjadi keras, sehingga terhindari dari konstipasi atau kesulitan buang air besar. Buang air besar jadi lancar, tuntas dan tidak keras. Kedua, terhindar dari terbentuknya tumor/kanker usus akibat terjadi kontak antara zat karsinogenik yang bersifat merusak sel tubuh dengan dinding usus. Menurut sebuah survei sebuah lembaga riset di Jakarta, beberapa waktu lalu, 20% penduduk Jakarta mengalami susah BAB (buang air besar). Separuh dari angka tersebut, ternyata frekuensi BAB-nya antara 2-3 hari sekali,sedangkan sisanya, walau BAB setiap hari tapi dengan keluhan keras, tidak tuntas dan tidak lancar. Sedangkan penelitian puslitbang Gizi Depkes RI tahun 2001 mendapati bahwa konsumsi serat penduduk Indonesia hanya 10,5 gram. Tingkat konsumsi serat ini baru memenuhi sepertiga angka kecukupan serat yang direkomendasikan lembaga kesehatan dunia, yaitu berkisar 25- 35 gram/hari. Menurut laporan World Cancer Report bulan April 2003, pada tahun 2020, penderita kanker di dunia akan meningkat 50% menjadi 15 juta orang. Salah satu kanker yang menonjol peningkatan jumlah penderita dan kematiannya adalah kanker usus. Saat ini ada sekitar 1 juta orang penderita baru yang terdeteksi kanker usus ini, dan hampir 0,5 juta diantaranya tidak tertolong nasibnya alias meninggal dunia. Penelitian oleh para dokter di North Carolina AS, menemukan, bahwa susah buang air besar meningkatkan risiko kanker usus hingga dua kali lipat. Jadi, bila ingin terhindar dari kanker usus dan memiliki kesehatan jangka panjang yang baik, biasakan olahraga teratur, buang air besar setiap hari. Dan, konsumsi sayur dan buah setiap hari. Para peneliti tersebut juga melihat kaitan yang erat antara kurangnya konsumsi erat dengan berbagai macam penyakit seperti sembelit, wasit, kanker usus, kegemukan, kolesterol tinggi, penyakit jantung koroner dan kencing manis. Karena itu, jangan anggap sepele sembelit, semakin sering mengalami kesulitan buang air besar yang disertai dengan keluhan keras, mengejan, berdarah atau tidak tuntas, semakin tinggi resiko kanker usus. (to/is)