Khitan, Cegah Resiko HIV Publikasi: 14/03/2005 09:32 WIB eramuslim - Semula, ilmuwan barat selalu meremehkan manfaat khitan. Tapi, setelah penelitian mengungkap bahwa khitan bisa menurunkan resiko tertular virus HIV (AIDS). Mereka pun, mulai gencar melakukan penelitian lebih dalam lagi guna mencari manfaat lain dari sunnah Rasul tersebut. Sebelumnya, ilmuwan barat memang mengecam keras adanya khitan atau sirkumsisi yang dilakukan oleh kaum muslimin karena dianggap kuno dan bisa mengurangi kenikmatan dalam berhubungan badan. Mereka anggap khitan merupakan suatu tindakan yang merugikan diri sendiri dan tidak mempunyai manfaat apapun. Namun, kearoganan mereka mulai memudar, ketika sebuah penelitian membuktikan bahwa khitan bisa mencegah timbulnya kutil kelamin yang menjadi penyebab utama terjadinya kanker mulut rahim dan kanker anus. Kutil kelamin merupakan salah satu jenis penyakit kelamin yang terjadi pada daerah penis dimana penyebabnya adalah virus yaitu Human papillomavirus (HPV). Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat, dalam jurnal kesehatan Sexually Transmitted Diseases, melaporkan bahwa dengan khitan atau sunat dan pemakaian kondom secara teratur akan mengurangi risiko terkena infeksi HPV pada penis. Penelitian ini dilakukan terhadap 393 pria yang datang ke klinik Penyakit Menular Seksual (PMS) Di Arizona, Amerika Serikat dari bulan Juli 2000 hingga Januari 2001. Pria-pria ini diajukan beberapa pertanyaan dan dilakukan pemeriksaan apusan penis untuk mengetahui DNA dari HPV, untuk melihat apakah mereka terinfeksi. Pria yang melakukan hubungan seksual lebih dari 30 kali perbulan, tiga kali lipat lebih mungkin untuk menemukan HPV dibanding dengan pria yang melakukan hubungan seksual tidak lebih dari 5 kali perbulan. Dan pria yang melakukan sunat dan penggunaan kondom secara teratur kelihatannya mampu untuk mencegah mereka menderita kutil kelamin. Pria yang disunat hanya sepertiganya yang terinfeksi, sedangkan bila pria tersebut menggunakan kondom, maka risikonya akan berkurang hingga separuhnya. Para ahli itu pun akhirnya mengakui, bahwa khitan bukanlah sekadar masalah perintah agama, tapi juga baik untuk kesehatan. Terlebih, penelitian kali ini, mengungkapkan akan manfaat khitan dalam menurunkan risiko tertular virus HIV (AIDS). Pria yang tidak melakukan khitan (sirkumsisi) berisiko hingga dua kali lebih untuk terinfeksi virus HIV setelah melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya yang telah terinfeksi HIV. Penelitian ini merupakan penelitian pertama yang membahas penularan virus HIV pada pasangan heteroseksual (pria dan wanita), pada sekelompok pria yang sering berganti pasangan. Dalam jurnal bulanan edisi 2003 yang membahasa tentang penyakit-penyakit menular menyebutkan penelitian itu dilakukan dengan mengumpulkan informasi perilaku seksual dari 745 supir truk di Kenya. Pria-pria ini semuanya diperiksa apakah terinfeksi virus HIV dan juga melihat apakah mereka telah melakukan sunat. Hasil ini dicatat sejak dimulainya penelitian di tahun 1993 dan diikuti terus hingga tahun 1997. Selama masa penelitian ini, para supir truk tersebut memberikan informasi akan perilaku seksual mereka dengan istri, pasangan tidak tetap dan dengan PSK, dan dilakukan screening terhadap HIV dan penyakit hubungan seksual lainnya. Pada akhir penelitian menunjukkan, bahwa kemungkinan pria untuk terinfeksi virus HIV setelah melakukan satu hubungan seksual sekitar 1 berbanding 160. Tapi bila pria itu belum disunat berisiko untuk terinfeksi virus HIV lebih dari dua kali lipat dibanding dengan pria yang telah disunat. Perbandingan untuk terinfeksi HIV yaitu 1 berbanding 80 (belum disunat) dengan 1 berbanding 200 (telah disunat). Ini mungkin juga dapat menjelaskan mengapa terjadi penyebaran HIV yang tinggi di Afrika, yaitu kemungkinan disebabkan karena seringnya berganti pasangan dan sunat bukan sesuatu yang umum dilakukan di sana. (to/is)