Disneyland 1972 Love the old s

jowo.wapka.mobi
Kalangan akademisi
modern telah menemukan
dalam perjalanan sejarah
geologi pernah terjadi
beberapa kali kepunahan,
dan nyaris memusnahkan
segala makhluk hidup.
Banyak sekali pembuktian
secara langsung tentang
perubahan bencana bumi
yang berkala. Dilihat dari
bukti yang telah
ditemukan, bahwa
peradaban manusia
prasejarah pernah
mengalami kepunahan
karena berbagai macam
perubahan alam dan
bencana, seperti gempa
bumi, banjir, gunung
berapi, tabrakan benda
angkasa (termasuk
meteorit dan komet),
pergerakan naik turun
lempeng daratan,
perubahan cuaca yang
tiba-tiba, dsb.
Sebagai contoh kasus,
Atlantis pernah menjadi
sebuah daratan yang
memiliki peradaban tinggi
manusia, namun
tenggelam ke dasar
lautan dalam sebuah
bencana gempa bumi
yang dahsyat pada
11.600 tahun silam. Hal itu
membentuk sebuah zona
di laut China selatan
sekarang, laut di daerah
ini sangat dangkal,
kedalamannya rata-rata
hanya 60 meter lebih.
Hanya puncak gunung
tertinggi di daratan
waktu itu yang tersisa di
atas permukaan laut,
yaitu yang sekarang
terletak di negeri kita,
Indonesia.
Begitu pula di kedalaman
200 meter bawah laut
pesisir pantai Peru,
ilmuwan menemukan pilar
batu yang dipahat dan
bangunan yang
mahabesar. Di dasar
lautan Atlantik yang
berada di sisi luar berhasil
diambil 8 gambar dasar
laut. Melalui gambar-
gambar ini secara jelas
tampak sebuah tembok
benteng zaman
purbakala dan undakan
batu. Diperkirakan
tenggelam pada 10.000
tahun silam. Di belahan
barat perairan segitiga
Bermuda juga ditemukan
sebuah piramida raksasa
yang diperkirakan
berumur puluhan ribu
tahun.
Dengan demikian, zaman
Nabi Nuh juga tidaklah
seprimitif yang selama ini
kita bayangkan.
Hakikatnya pada zaman
itu semuanya sudah maju.
Ilmu pengetahuan mereka
sudah maju pada masa
itu. Di kaki gunung Ararat
itu saja, para peneliti dan
ilmuwan Rusia telah
menemukan lebih kurang
500 kesan artefak
baterai elektrik purba
yang digunakan untuk
menyadurkan logam.
Jelas sekali, bahwa bekas
peninggalan kota-kota
yang pernah mewakili
peradaban manusia
prasejarah dan memiliki
kecemerlangan ini
tenggelam ke dasar
lautan karena
tenggelamnya daratan.
Banjir Dahsyat
Kurang lebih 12.000 tahun
silam, peradaban manusia
sebelum peradaban kita
sekarang pernah
mengalami suatu
serangan banjir yang
sangat dahsyat, dan
banjir waktu itu juga
mengakibatkan
tenggelamnya daratan.
Secara berturut-turut
arkeolog menemukan
sejumlah besar bukti
yang secara langsung
atau pun tidak mengenai
banjir dahsyat yang
terjadi waktu itu. Para
antropolog juga
menemukan bukti melalui
penelitian pada suku
bangsa yang berbeda di
berbagai tempat di dunia
tentang legenda asal-usul
peradaban bangsa ini.
Legenda kuno dari
bangsa yang berbeda di
berbagai tempat di dunia
secara fundamental
melukiskan bahwa
manusia pernah berkali-
kali mengala mi bencana
dahsyat yang mematikan,
bahkan begitu
seragamnya menguraikan
bahwa pada suatu
periode prasejarah
sebelum munculnya
peradaban manusia
sekarang ini, di atas bumi
pernah terjadi suatu
banjir dahsyat yang
mengakibatkan punahnya
seluruh peradaban
manusia, dan hanya
sebagian kecil manusia
yang dapat
mempertahankan
hidupnya.
Legenda mengenai banjir
dahsyat yang sudah
diketahui di dunia
tercatat ada 6.000 lebih.
Seperti misalnya, dalam
legenda China dan Jepang,
Malaysia, Laos, Thailand,
India, Australia, Yunani,
Mesir dan Afrika Selatan,
Afrika Utara, penduduk
asli Amerika Utara, setiap
negara serta rumpun
bangsa yang berbeda
pasti menyimpan sebuah
memori tentang peristiwa
banjir dahsyat itu.
Meskipun legenda-
legenda ini terjadi pada
setiap bangsa dan
budaya yang berbeda,
namun semuanya memiliki
alur cerita dan tokoh
tipikal yang sangat mirip.
Semua bukti dan gejala ini
sama sekali tidak dapat
diasumsikan sebagai
suatu ketidaksengajaan
atau pun suatu
kebetulan. Proses yang
berhubungan dengan
banjir dahsyat ketika itu
juga diuraikan dalam
kitab suci. Meskipun kitab
suci merupakan sebuah
kitab agama, namun
sejumlah besar ahli
berpendapat, bahwa
yang dilukiskan dalam
kitab suci (Alkitab dan Al-
Qur�an) adalah sejarah
manusia yang
sebenarnya.
Ikhtisar dalam Alkitab
yang berhubungan
dengan banjir dahsyat
yang terjadi waktu itu
menyebutkan, �Banjir
meluap dan menggenang
selama 40 malam, air
pasang menuju atas,
perahu mengambang dari
atas permukaan bumi�:
�Arus air meluap dahsyat
di atas permukaan bumi,
seluruh pegunungan
tergenang oleh air
pasang �: �5 bulan
kemudian, perahu
berhenti di atas gunung
Ararat; dan setelah 4
bulan berlalu, ketika
daratan sudah kering,
Nabi Nuh meninggalkan
perahunya.�
Waktu itu banjir dahsyat
sekaligus disertai dengan
perubahan daratan dan
secara total
menghancurkan seluruh
peradaban manusia di
bumi, hanya sebagian
kecil manusia yang dapat
mempertahankan
hidupnya. Sejumlah besar
bekas peninggalan
prasejarah yang
belakangan ini ditemukan
arkeolog, seperti
misalnya, daratan
Atlantis, budaya Yunani,
bangunan di dasar laut
dan lain sebagainya
kemungkinan besar
tenggelam karena banjir
dahsyat waktu itu. Ada
yang memperkirakan
banjir dahsyat itu terjadi
5.000 tahun yang lalu,
mengikuti perkiraan ahli
anstronomi, perahu Nabi
Nuh mulai dibuat pada
2465 SM dan hujan mulai
turun pada 2345 SM.
Setelah perahu Nabi Nuh
mendarat di gunung
Ararat, dimulailah
kehidupan baru manusia.
Mereka yang selamat
mulai menyebar. Begitu
pula binatang-binatang.
Biji-biji tanaman kembali
disemaikan. Karena
dianggap melahirkan
generasi baru manusia
setelah Nabi Adam, Nabi
Nuh mendapat gelar The
Second Father of Human
Being --Bapak Manusia
Kedua. Oleh generasi
inilah, kebudayaan dan
peradaban manusia
dikembangkan. Selain di
kawasan Ararat, juga di
Mesopotamia yang ribuan
tahun kemudian menjadi
pusat kejayaan Babilonia.
(Sumber:
www.renminbao.com)
Akibat Gletser yang
Mencair
Sekelompok peneliti
underwater surveyors
yang diketuai oleh Dr.
Robert Ballard, yang juga
telah menemukan Titanic,
telah menemukan sebuah
bangunan lama berusia
kira-kira 7.500 tahun di
dasar Laut Hitam, dekat
pantai Turki. Mereka
telah menemukan
struktur bangunan dari
batu dan kayu di
kedalaman beberapa
ratus kaki. Penemuan
mereka menjadi bukti dari
kejadian banjir besar di
zaman Nabi Nuh seperti
diceritakan di dalam
Alkitab dan Al-Qur'an.
Para ilmuwan
mempercayai bahwa
penemuan tersebut
membuktikan
keberadaan sebuah
kawasan yang telah
tenggelam yang
disebabkan oleh banjir
besar yang melanda
sekitar 5000 SM. Menurut
teori mereka, banjir besar
tersebut disebabkan oleh
adanya pencairan gletser
dari tanah tinggi di Eropa.
�Ini merupakan
penemuan yang sangat
menakjubkan,� kata Dr.
Ballard di dalam
rancangan National
Geographic Society
bertajuk �Research Ship
Northern Horizon�.
Ballard menerangkan
bagaimana sebuah robot
bawah air meninjau 300
kaki di bawah permukaan
air, telah menemukan
kawasan segi-empat
berukuran 12 x 45 kaki
persegi, di mana terdapat
sebuah struktur dari
kayu dan tanah liat yang
telah runtuh. �Beberapa
artefak yang ditemukan
di sana tersimpan rapi
yang terdiri dari kayu
berukir, beberapa cabang
kayu dan peralatan dari
batu yang telah runtuh
dan diselimuti lumpur,�
imbuh Ballard.
Dr. Ballard dan timnya
mengawali penelitian di
kawasan tersebut
setelah dua kapal selam
pakar geologi dari
Universitas Colombia di
New York menyatakan
bahwa keadaan tersebut
disebabkan oleh banjir
besar ribuan tahun
sebelumnya. Mereka
meramalkan apabila
zaman es berakhir 12.000
tahun yang lalu, maka
gletser mulai mencair.
Kawasan timur
Mediterania yang
terputus dari Laut Hitam
telah menyebabkan Laut
Hitam tidak tenggelam
oleh air walaupun
permukaan air laut yang
lain telah naik. Hal ini
menyebabkan pada
sekitar 7.000 tahun yang
lalu, genangan awal di
Bosphorus telah pecah
menyebabkan air di Laut
Mediterania melimpah ke
timur menjadi Laut Hitam
yang memang terputus
dari laut-laut yang lain.
Kekuatan limpahan air
tersebut diperkirakan
10.000 kali daripada air
terjun Niagara.
Mereka menyatakan
bukti ilmu pengetahuan,
menunjukkan bahwa kulit
kerang dari kawasan
tersebut berusia lebih
7.000 tahun, manakala
kulit kerang dari laut lain
berusia sekitar 6.500
tahun. Ballard
menerangkan, �Banyak
kasus yang terjadi
apabila air tawar dari
sebuah telaga berubah
menjadi air asin dan
dampak banjir besar
tersebut menyebabkan
kawasan daratan yang
sangat luas berubah
menjadi dasar laut".
(Sumber: James Chapman,
Daily Mail, UK, 14
September 2000. Jamil
Adimin Research and
Graduate School
University of Manchester)